Pages

10/23/2009

What Love Is ?


Mereka yang tidak menyukainya menyebutnya tanggung jawab,
Mereka yang bermain dengannya, menyebutnya sebuah permainan,
Mereka yang tidak memilikinya, menyebutnya sebuah impian,
Mereka yang mencintai, menyebutnya takdir.

Kadang Tuhan yang mengetahui yang terbaik, akan memberi kesusahan untuk menguji kita. Kadang Ia pun melukai hati, supaya hikmat-Nya bisa tertanam dalam. Jika kita kehilangan cinta, maka pasti ada alasan di baliknya. Alasan yang kadang sulit untuk dimengerti, namun kita tetap harus percaya bahwa ketika Ia mengambil sesuatu, Ia telah siap memberi yang lebih baik. Mengapa menunggu?

Karena walaupun kita ingin mengambil keputusan, kita tidak ingin tergesa-gesa.
Karena walaupun kita ingin cepat-cepat, kita tidak ingin sembrono.
Karena walaupun kita ingin segera menemukan orang yang kita cintai, kita tidak ingin kehilangan jati diri kita dalam proses pencarian itu.

Jika ingin berlari, belajarlah berjalan duhulu,
Jika ingin berenang, belajarlah mengapung dahulu,
Jika ingin dicintai, belajarlah mencintai dahulu.

Pada akhirnya, lebih baik menunggu orang yang kita inginkan, ketimbang memilih apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang kita cintai, ketimbang memuaskan diri dengan apa yang ada. Tetap lebih baik menunggu orang yang tepat, Karena hidup ini terlampau singkat untuk dilewatkan bersama pilihan yang salah, karena menunggu mempunyai tujuan yang mulia dan misterius.

Perlu kau ketahui bahwa Bunga tidak mekar dalam waktu semalam,
Kota Roma tidak dibangun dalam sehari,
Kehidupan dirajut dalam rahim selama sembilan bulan,
Cinta yang agung terus bertumbuh selama kehidupan.

Kebanyakan hal yang indah dalam hidup memerlukan waktu yang lama, Dan penantian kita tidaklah sia-sia. Walaupun menunggu membutuhkan banyak hal - iman, keberanian, dan pengharapan - penantian menjanjikan satu hal yang tidak dapat seorangpun bayangkan. Pada akhirnya. Tuhan dalam segala hikmat-Nya, meminta kita menunggu, karena alasan yang penting.

Masih Ada Harapan...


Di Brooklyn, New York, Cush adalah sebuah sekolah luar biasa bagi anak-anak cacat. Beberapa anak tetap tinggal di Cush selama masa sekolahnya. Sedangkan yang lain diperbolehkan melanjutkan ke sekolah biasa. Pada suatu malam pengumpulan dana, salah seorang ayah yang anaknya bersekolah di Cush memberikan pidato yang tak terlupakan oleh para hadirin. Setelah memuji sekolah dan para staff yang telah menunjukkan dedikasinya yang tinggi, ia menangis, “Dimanakah kesempurnaan diri anak saya, Shay ? Bukankah semua yang Tuhan ciptakan adalah sempurna ? Tetapi mengapa anak saya tidak bisa mengerti sebagaimana anak-anak lain ? Mengapa anak saya tidak bisa mengingat angka dan gambar sebagaimana anak-anak lain ? Dimanakah kesempurnaan Tuhan ?”

Para hadirin amat terkejut, tersentuh dengan kesedihan si ayah dan terdiam oleh pertanyaan itu, “Saya percaya,” jawab si ayah, “bahwa ketika Tuhan melahirkan seorang anak seperti anak saya ke dunia ini, kesempurnaan yang dicarinya terletak pada bagaimana perlakuan orang-orang lain terhadap anak itu”. Kemudian ia menceritakan kisah berikut ini mengenai anaknya, Shay.

Suatu sore, Shay dan ayahnya berjalan-jalan melintasi taman dimana beberapa anak lelaki yang Shay kenal sedang bermain Baseball. Shay memohon pada ayahnya, “Yah, menurut ayah, apakah mereka membolehkan saya ikut bermain ?” Ayah Shay mengerti bahwa anaknya tidak memiliki kemampuan atletik dan pasti semua anak lelaki takkan mengijinkan bermain dalam tim mereka. Tetapi, ayah Shay mengerti juga bahwa jika anaknya bisa ikut bermain maka Shay akan merasakan kebahagiaan bisa turut memiliki. Kemudian, ayah Shay mendekati seorang anak lelaki yang ada di lapangan itu dan bertanya kalau-kalau Shay boleh ikut bermain. Anak lelaki itu melihat ke sekeliling meminta pertimbangan dari rekan-rekan lainnya. Karena tak ada yang memberikan pertimbangan, ia memutuskan sendiri dan katanya, “Kami sedang kalah enam angka, sedangkan pertandingan ini berlangsung sembilan inning. Saya pikir anak anda bisa bergabung dalam tim. Kmai akan menempatkannya sebagai pemukul di inning ke sembilan.”

Ayah Shay amat senang. Shay pun tersenyum lebar. Shay diminta untuk mengenakan sarung tangan dan menunggu di barisan tunggu luar lapangan. Di akhir inning ke delapan, tim Shay memperoleh beberapa angka tetapi tetap tertinggal tiga angka dari tim lawan. Kemudian di inning ke sembilan mereka memperoleh angka lagi. Dua orang berhasil berdiri di base dan siap-siap untuk memperoleh kemenangan angka. Kini tiba giliran Shay memukul. Apakah tim Shay akan benar-benar memasukkan Shay sebagai pemukul berikutnya dan mengambil resiko untuk kemenangan mereka yang sudah berada di dalam genggaman ? Amat mengejutkan, Shay diijinkan untuk memukul. Semua orang tahu bahwa hal itu hampir-hampir mustahil karena Shay sama sekali tidak tahu bagaimana memegang tongkat pemukul baseball. Bagaimana pun Shay maju ke papan pemukul, pitcher bergerak beberapa langkah dan melemparkan bola itu perlahan ke arah Shay sehingga memungkinkan Shay untuk menyentuh bola itu.

Lemparan pertama dilakukan. Shay memukul tanpa arah dan gagal. Salah seorang teman Shay mendekati dan bersama-sama mereka memegang pemukul itu dan menghadapi sang pitcher yang sudah bersiap-siap untuk meleparkan bola kedua. Sekali lagi si pitcher maju beberapa langkah dan melemparkan bola itu dengan perlahan sekali ke arah Shay.

Ketika bola dilemparkan, Shay dan rekannya yang membantu memegangi tongkat pemukul itu akhirnya bisa memukul bola itu perlahan sekali ke arah pitcher. Sang pitcher menangkap bola yang menggelinding di tanah dengan perlahan. Ia harus melemparkan bola itu ke penjaga di base pertama. Dengan demikian Shay bisa saja gagal mencapai base pertama, keluar dari pertandingan dan timnya pasti menderita kekalahan. Tapi apa yang terjadi ? Si Pitcher melemparkan bola itu ke kanan jauh ke atas melewati kepala penjaga base pertama sehingga tak terjangkau. Semua orang lalu berteriak-teriak, “Shay, ayo lari ke base pertama. Lari ke base pertama”. Belum pernah selama hidupnya Shay lari ke base pertama. Ia tergesa-gesa lari ke base pertama, bola matanya berbinar-binar. Ketika ia tiba di base pertama, penjaga base di sebelah kanan memungut bola. Ia bisa saja melemparkan bola itu ke penjaga base kedua yang akan mengalahkan Shay, tetapi ia melempar bola itu jauh ke atas kepala sehingga tak tertangkap oleh penjaga base kedua.

Lalu semua orang berteriak, “Shay, ayo lari ke base kedua, ayo lari ke base kedua.” Shay lari ke base kedua. Begitu itu tiba di base kedua, penjaga tim lawan melempar bola jauh ke atas sehingga tak terjangkau oleh penjaga base ke tiga. Lalu mereka semua berteriak agar Shay lari ke base ketiga. Ketika Shay menyentuh base ketiga, semua anak di kedua tim yang sedang saling berlawanan itu berteriak, “Ayo Shay, lari sampai akhir base. Lari sampai akhir base !” Maka Shay pun berlari sampai ke akhir base, menginjak papan base terakhir. Serentak ke delapan belas anak yang sedang bermain itu memeluk dan mengangkat Shay di atas pundak dan membuatnya seperti pahlawan kemenangan untuk timnya.

“Pada hari itu,” kata ayah Shay dengan lembut, mata yang berkaca-kaca kini tak tahan meneteskan air mata, “kedelapan belas anak lelaki itu telah menemukan kesempurnaan Tuhan”. Raihlah kesempurnaan itu!

Saya seorang mantan Guru Sekolah Musik

Ada seorang bocah kelas 4 SD di suatu daerah di Milaor Camarine Sur, Filipina, yang setiap hari mengambil rute melintasi daerah tanah yang berbatuan dan menyeberangi jalan raya yang berbahaya dimana banyak kendaraan yang melaju kencang dan tidak beraturan. Setiap kali berhasil menyebrangi jalan raya tersebut, bocah ini mampir sebentar ke Gereja tiap pagi hanya untuk menyapa Tuhan, sahabatnya. Tindakannya ini selama ini diamati oleh seorang Pendeta yang merasa terharu menjumpai sikap bocah yang lugu dan beriman tersebut.

"Bagaimana kabarmu, Andy?
Apakah kamu akan ke Sekolah?" tanya Bapa Pendeta kepada si Bocah
"Ya, Bapa Pendeta!" balas Andy dengan senyumnya yang menyentuh hati Pendeta tersebut.

Dia begitu memperhatikan keselamatan Andy sehingga suatu hari dia berkata kepada bocah tersebut, "Jangan menyebrang jalan raya sendirian, setiap kali pulang sekolah, kamu boleh mampir ke Gereja dan saya akan memastikan kamu pulang ke rumah dengan selamat." "Terima kasih, Bapa Pendeta." Jawab si Bocah, "Kenapa kamu tidak pulang sekarang? Apakah kamu tinggal di Gereja setelah pulang sekolah?, "Aku hanya ingin menyapa kepada Tuhan.. sahabatku."

Dan Pendeta tersebut meninggalkan Andy untuk melewatkan waktunya di depan altar berbicara sendiri, tetapi pastur tersebut bersembunyi di balik altar untuk mendengarkan apa yang dibicarakan Andy kepada Bapa di Surga.

"Engkau tahu Tuhan, ujian matematikaku hari ini sangat buruk, tetapi aku tidak mencontek walaupun temanku melakukannya. Aku makan satu kue dan minum airku. Ayahku mengalami musim paceklik dan yang bisa kumakan hanya kue ini. Terima kasih buat kue ini, Tuhan! Tadi aku melihat anak kucing malang yang kelaparan dan aku memberikan kueku yang terakhir buatnya.. lucunya, aku jadi tidak begitu lapar.
Lihat ini selopku yang terakhir. Aku mungkin harus berjalan tanpa sepatu minggu depan. Engkau tahu sepatu ini akan rusak, tapi tidak apa-apa.. paling tidak aku tetap dapat pergi ke sekolah. Orang-orang berbicara bahwa kami akan mengalami musim panen yang susah bulan ini, bahkan beberapa dari temanku sudah berhenti sekolah, tolong Bantu mereka supaya bisa bersekolah lagi. Tolong Tuhan.

Oh, ya..Engkau tahu kalau Ibu memukulku lagi. Ini memang menyakitkan, tapi aku tahu sakit ini akan hilang, paling tidak aku masih punya seorang Ibu. Tuhan, Engkau mau lihat lukaku??? Aku tahu Engkau dapat menyembuhkannya, disini..disini.aku rasa Engkau tahu yang ini kan....??? Tolong jangan marahi ibuku, ya..?? dia hanya sedang lelah dan kuatir akan kebutuhan makan dan biaya sekolahku..itulah mengapa dia memukul aku. Oh, Tuhan..aku rasa, aku sedang jatuh cinta saat ini. Ada seorang gadis yang sangat cantik dikelasku, namanya Anita. menurut Engkau, apakah dia akan menyukaiku??? Bagaimanapun juga paling tidak aku tahu Engkau tetap menyukaiku karena aku tidak usah menjadi siapapun hanya untuk menyenangkanMu. Engkau adalah sahabatku. Hei.ulang tahunMu tinggal dua hari lagi, apakah Engkau gembira??? Tunggu saja sampai Engkau lihat, aku punya hadiah untukMu. Tapi ini kejutan bagiMu. Aku berharap Engkau menyukainya. Oooops..aku harus pergi sekarang."

Kemudian Andy segera berdiri dan memanggil Pendeta . "Bapa Pendeta..Bapa Pendeta..aku sudah selesai bicara dengan sahabatku, anda bisa menemaniku menyebrang jalan sekarang!"Kegiatan tersebut berlangsung setiaphari, Andy tidak pernah absen sekalipun. Pendeta Agaton berbagi cerita ini kepada jemaat di Gerejanya setiap hari Minggu karena dia belum pernah melihat suatu iman dan kepercayaan yang murni kepada Tuhan.. suatu pandangan positif dalam situasi yang negatif.

Pada hari Natal, Pendeta Agaton jatuh sakit sehingga tidak bisa memimpin gereja dan dirawat di rumah sakit. Gereja tersebut diserahkan kepada 4 wanita tua yang tidak pernah tersenyum dan selalu menyalahkan segala sesuatu yang orang lain perbuat. Mereka juga mengutuki orang yang menyinggung mereka. Ketika mereka sedang berdoa, Andypun tiba di Gereja tersebut usai menghadiri pesta Natal di sekolahnya, dan menyapa "Halo Tuhan..Aku.."Kurang ajar kamu, bocah!!!tidakkah kamu lihat kalau kami sedang berdoa???!!! Keluar, kamu!!!!!"

Andy begitu terkejut,"Dimana Bapa Pendeta Agaton..??Seharusnya dia membantuku menyeberangi jalan raya. dia selalu menyuruhku untuk mampir lewat pintu belakang Gereja. Tidak hanya itu, aku juga harus menyapa Tuhan Yesus, karena hari ini hari ulang tahunNya, akupun punya hadiah untukNya.." Ketika Andy mau mengambil hadiah tersebut dari dalam bajunya, seorang dari keempat wanita itu menarik kerahnya dan mendorongnya keluar Gereja. "Keluar kamu, bocah!..kamu akan mendapatkannya!!!" Andy tidak punya pilihan lain kecuali sendirian menyebrangi jalan raya yang berbahaya tersebut di depan Gereja. Lalu dia menyeberang, tiba-tiba sebuah bus datang melaju dengan kencang - disitu ada tikungan yang tidak terlihat pandangan. Andy melindungi hadiah tersebut didalam saku bajunya, sehingga dia tidak melihat datangnya bus tersebut. Waktunya hanya sedikit untuk menghindar.dan Andypun tewas seketika. Orang-orang disekitarnya berlarian dan mengelilingi tubuh bocah malang tersebut yang sudah tidak bernyawa lagi. Tiba-tiba, entah muncul darimana ada seorang pria berjubah putih dengan wajah yang halus dan lembut, namun dengan penuh airmata dating dan memeluk bocah malang tersebut. Dia menangis.

Orang-orang penasaran dengan dirinya dan bertanya,"Maaf tuan..apakah anda keluarga dari bocah yang malang ini? Apakah anda mengenalnya?" Tetapi pria tersebut dengan hati yang berduka karena penderitaan yang begitu dalam berkata,"Dia adalah sahabatku." Hanya itulah yang dikatakan. Dia mengambil bungkusan hadiah dari dalam saku baju bocah malang tersebut dan menaruhnya didadanya. Dia lalu berdiri dan membawa pergi tubuh bocah tersebut, kemudian keduanya menghilang. Orang-orang yang ada disekitar tersebut semakin penasaran dan takjub.. Di malam Natal, Pendeta Agaton menerima berita yang sangat mengejutkan, Diapun berkunjung ke rumah Andy untuk memastikan pria misterius berjubah putih tersebut. Pendeta itu bertemu dengan kedua orang tua Andy.

"Bagaimana anda mengetahui putra anda telah meninggal?"
"Seorang pria berjubah putih yang membawanya kemari." Ucap ibu Andy terisak.
"Apa katanya?"
Ayah Andy berkata,"Dia tidak mengucapkan sepatah katapun. Dia sangat berduka. Kami tidak mengenalnya namun dia terlihat sangat kesepian atas meninggalnya Andy, sepertinya Dia begitu mengenal Andy dengan baik. Tapi ada suatu kedamaian yang sulit untuk dijelaskan mengenai dirinya. Dia menyerahkan anak kami dan tersenyum lembut. Dia menyibakkan rambut Andy dari wajahnya dan memberikan kecupan dikeningnya, kemudian Dia membisikkan sesuatu.

"Apa yang dikatakan?"
"Dia berkata kepada putraku.." Ujar sang Ayah. "Terima kasih buat kadonya.
Aku akan berjumpa denganmu. Engkau akan bersamaku." Dan sang ayah melanjutkan, "Anda tahu kemudian semuanya itu terasa begitu indah.. aku menangis tapi tidak tahu mengapa bisa demikian. Yang aku tahu.aku menangis karena bahagia..aku tidak dapat menjelaskannya Bapa Pendeta, tetapi ketika dia meninggalkan kami, ada suatu kedamaian yang memenuhi hati kami, aku merasakan kasihnya yang begitu dalam di hatiku.. Aku tidak dapat melukiskan sukacita dalam hatiku. aku tahu, putraku sudah berada di Surga sekarang. Tapi tolong Bapa Pendeta .. Siapakah pria ini yang selalu bicara dengan putraku setiap hari di Gerejamu? Anda seharusnya mengetahui karena anda selalu di sana setiap hari, kecuali pada saat putraku meninggal, Pendeta Agaton tiba-tiba merasa air matanya menetes dipipinya, dengan lutut gemetar dia berbisik,"Dia tidak berbicara kepada siapa-siapa... kecuali dengan Tuhan."